Langsung ke konten utama

Postingan

Perangkap Helen dalam Konflik Rusia-Ukraina? Kasus Dilema Keamanan Sosietal

  By Semmy Tyar Armandha  |   Research Fellow, Prakerti Collective Intelligence K onflik Rusia-Ukraina yang saat ini memuncak pada operasi militer skala penuh,  telah mengundang respons, salah satuya upaya untuk menganalisis situasi yang terjadi. Setidaknya terdapat dua sudut pandang analogis yang  mengemuka. Pertama, pandangan bahwa Rusia akan seperti Jerman yang menganeksasi Sudentenland (bagian dari Cekoslovakia) pada 30 September 1938, dengan alasan wilayah tersebut dihuni oleh warga keturunan Jerman. Padahal sehari sebelumnya, Jerman bersama-sama dengan Inggris, Perancis dan Italia telah menyepakati Perjanjian Munich dalam penyerahan wilayah tersebut secara damai; manuver ini kemudian memicu Perang Dunia II. Kedua, pandangan yang menyebutkan posisi Rusia saat ini mirip dengan posisi Amerika Serikat saat bersi tegang  dengan Uni Soviet pada 1962. Soviet mengirim  misil-misil nuklir  ke  Kuba dalam rangka mempertahankannya dari serangan Amerika terhadap Fidel Castro. Krisis ini ke

Idealisme dan Realisme Politik Generasi Y di Era Pasca-Modern

“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda” Tan Malaka “I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist” S oe Hok Gie Partisipasi politik masyarakat adalah salah satu poin penting dalam pembangunan demokrasi dan revolusi mental di suatu negara, terlebih partisipasi politik dari generasi muda. Kembali menengok ke masa perjuangan Revolusi Kemerdekaan Indonesia, anak muda adalah salah satu pelopor dan pembakar semangat perlawanan rakyat terhadap penjajahan. Imajinasi masa depan anak muda yang tinggi dan masih belum terbatas sekat-sekat realitas, sangat dibutuhkan untuk memecah konservatisme senior yang imajinasinya sudah dikungkung oleh tuntutan realitas. Hal ini yang membuat posisi anak muda sangat penting, di satu sisi menjadi penjaga tegaknya fondasi ideal suatu bangsa dan negara dan di sisi lain sebagai garda terdepan perubahan-perubahan. Hari-hari ini anak muda Indonesia –orang yang lahir pada rentang waktu 1980-an hingga 1990-an, y

Sekilas Mengenai Geopolitik

Dalam kajian hubungan internasional, sebelum lahirnya teori-teori dan paradigma kerjasama, adalah geopolitik yang merupakan konsep yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan pemetaan interaksi antar negara, khususnya pasca-perjanjian Westphalia.  Geopolitik lahir dari inspirasi dari konstelasi  abad 19, yakni ketika era concert of Europe menjadi tatanan yang dominan di tataran global, Inggris, Perancis, dan Jerman secara bergantian melakukan dominasi kepemimpinan imperialistik. Dominasi imperialistik ini yang merupakan praktik geopolitik pertama yang ada dalam praktik hubungan luar negeri. Hubungan perdagangan boleh jadi dilakukan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan negara-negara pada saat itu, termasuk datangnya VOC ke Indonesia. Namun geopolitik merupakan praktik kebijakan luar negeri yang paling taktis guna mencapai stabilitas internasional pada saat itu. Adapun Geopolitik merupakan konsep yang memungkinkan pengambil keputusan dan kebijakan melakukan pemetaan terhadap kekuatan

Keamanan Ontologis dalam HI dan Implikasi serta Aplikasinya dalam Kehidupan sehari-hari

"The Individual can be moral, but nations cannot" - Reinhold Neibuhr Tulisan ini sedianya ingin membahas apa yang disebut sebagai keamanan ontologis . Dilihat dari namanya mungkin akan terbesit ranah filsafat yang menjelimet dan serba mengawang, tapi, bukan aspek filosofis yang coba dikembangkan dari konsep tersebut. Meski memang perspektif filsafat yang diambil untuk menggambarkan sisi lain dari sekuritisasi dan negara. Ontologis di sini lebih mengarah kepada identitas, atau jati diri yang dimiliki suatu entitas atau pribadi yang memiliki ciri khas tertentu guna membedakannya dengan entitas atau pribadi lain. Negara manapun dan dimanapun dengan bentuk apapun pastinya memiliki identitas. Kepemilikian terhadap identitas merupakan kebutuhan aktualisasi yang tidak bisa dilepaskan dari praktik kenegaraan bahkan sebelum tatanan negara-bangsa itu lahir. Keamanan ontologis berargumen bahwa identitas merupakan faktor utama/variabel independen/determinan yang paling dikejar ole

Pasca-Strukturalisme: Mendekonstruksikan Diskursus Negara-Bangsa

Oleh: Semmy Tyar Armandha Abstrak Kajian hubungan internasional yang lahir sejak 1919 tidak dapat dilepaskan dari kajian terhadap sistem negara-bangsa. Karena menyinggung hubungan antar-negara, maka negara menjadi titik sentral analisis. Sistem negara-bangsa ini sejatinya telah lahir sejak perjanjian Westphalia pada 1648, yang mengakhiri perang 30 tahun di daratan Eropa. Lahirnya sistem ini kemudian diikuti pula oleh serangkaian revolusi, di antaranya revolusi pencerahan ( aufklärung ), kemudian Renaisans (Renaissance) , dan lahirnya kapitalisme pada revolusi industri di Inggris diikuti lahirnya liberalisme dalam Revolusi Perancis. Munculnya sistem negara-bangsa dengan demikian merupakan salah satu rangkaian terjadinya revolusi-revolusi yang terjadi di abad pertengahan tersebut. Makalah ini sedianya akan mengulas secara singkat bagaimana revolusi-revolusi tersebut dapat melahirkan kajian hubungan internasional, yang dalam terminologi sosiologi-filsafat disebut sebagai era mode

Praxiography dalam Perkembangan Metodologi HI [Ulasan Christian Bueger]

Ilmu HI yang terus-menerus berkembang di era globalisasi kini semakin menuntut kemampuannya dalam menjawab persoalan kehidupan sehari-hari manusia. Di tengah konstelasi politik nasional dan internasional yang sedang mengalami krisis, ilmu HI dituntut untuk memecahkan problem tersebut dalam berbagai kajian dan teorisasinya. Krisis yang menerpa berbagai belahan dunia sekarang ini dimana paradigma neoliberal dianggap sudah usang dan harus diperbaharui, semakin menciptakan titik keejenuhan yang tinggi. Konservatisme dan neo-konservatisme semakin populer. Keinginan untuk mengembalikan jati diri negara masing-masing lewat budaya dan identitas semakin tinggi. Bahkan upaya politik imperium semakin banyak dianut oleh berbagai negara termasuk Indonesia. Hal ini menggambarkan konstelasi global pasca-Perang Dingin dan pasca-Tragedi 9/11 akan segera berevolusi dalam jangka waktu yang dekat.  Hal ini menuntut ilmu HI untuk semakin mampu menghasilkan analisis yang menyentuh akar rumput. Tidak l